FirmanAllah dalam hadis Qudsi : Dia membuat baik pada penciptaan segala sesuatu, Dia Maha Kreasi dan Maha mengetahui. Setiap gerakan di alam semesta ini dilihat oleh Allah. Penglihatan-Nya meliputi segala yang terlihat. Allah melihat rayapan semut hitam yang merayap di batu halus dalam kegelapan malam yang hitam kelam.
JAKARTA— Allah SWT menciptakan segala sesuatu menurut iradah kehendak dan qudrat kuasa-Nya sesuai dengan waktu dan harinya. Misalnya Allah SWT memulai penciptaan dunia dan memakmurkannya pada hari Ahad. Hal ini, kata Syekh Ibnu Hasan Bisry At Turjani, sesuai dengan hadits riwayat Anas bin Malik RA, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang hari akhir maka beliau menjawab, "Hari Ahad adalah hari menanam dan membangun." Para sahabat bertanya, "Apa sebab demikian Ya Rasulullah?" Rasulullah SAW menjawab, karena pada hari itu Allah mulai menciptakan tujuh macam benda di antara makhluk-makhluk dan setiap satu di antaranya, dipecah lagi menjadi tujuh. Adapun tujuh macam benda itu adalah tempat jalannya bintang-bintang yang bergerak, neraka dan surga yang bertingkat, bumi yang berlapis, lautan yang luas, anggota tubuh manusia dan hari hari dalam sepekan. Penciptaan jalannya bintang-bintang Falak yaitu diciptakan pada hari Ahad. Firman Allah dalam surat Al Mulk ayat 3 الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ "Yang telah menciptakan tujuh lapis langit berlapis-lapis." Semuanya diciptakannya dari kabut pilin asap, sebagaimana firman Allah dalam surah Fussilat ayat 11 ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ "Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit yang kala itu masih berupa asap." Syekh Ibnu Hasan Bisry At Turjani mengatakan, lalu Allah memandang kepada asap itu, lalu dijadikannya tujuh bagian, satu bagian berupa air, kedua embun, ketiga perak, keempat emas, kelima mutiara, keenam mira delima, dan ketujuh besi. Kemudian Allah menciptakan langit dunia, pertama dari air, kedua embun, ketiga dari besi, keempat perak, kelima dari emas, keenam dari mutiara dan ketujuh dari mira delima. Selanjutnya semuanya dibagi, setiap bagian berjarak 500 tahun. Demikianlah Allah telah menciptakan dari unsur satu, yaitu asap, dijadikan tujuh lapis langit yang satu yang sama lainnya berbeda. Demikian pula Allah telah menciptakan air yang diturunkan ke bumi sebagai hujah, bumi yang tadinya mati tandus menjadi hidup. "Dari tetesan air hujan itu tumbuh berbagai macam tumbuh-tumbuhan ada yang putih sama kuning, merah dan buahnya ada rasa manis, pahit dan asam dan sebagainya," katanya.

Ingatlah menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam. [al-A'râf/7:54]. Kedua : Ayat-ayat Allah Azza wa Jalla yang berupa tulisan. Yaitu kalam dan wahyu Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ; yakni Al-Qur`aan yang ada di hadapan kita.

JAKARTA - Alquran menjelaskan, penciptaan alam semesta, yakni langit dan bumi bukan untuk hal yang sia-sia atau main-main. Penciptaan alam semesta untuk tujuan yang benar, salah satunya agar manusia menyembah dan mengenal Allah melalui ciptaan-Nya. Hal ini dijelaskan dalam Surah Al-Anbiya Ayat 16 dan tafsirnya. وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاۤءَ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لٰعِبِيْنَ Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main. QS Al-Anbiya 16 Dalam Tafsir Kementerian Agama, ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak menciptakan langit dan bumi serta semua yang terdapat di antara keduanya dengan maksud yang sia-sia atau main-main. Allah menciptakan itu semua dengan tujuan yang benar, yang sesuai dengan hikmah dan sifat-sifat-Nya yang sempurna. Pernyataan ini merupakan jawaban terhadap sikap dan perbuatan kaum kafir yang mengingkari kenabian Nabi Muhammad SAW, serta kemukjizatan Alquran. Karena tuduhan-tuduhan yang dilemparkan kepadanya yaitu, bahwa Alquran adalah buatan Nabi Muhammad SAW, bukan wahyu dan mukjizat yang diturunkan Allah kepadanya. Sikap ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui ciptaan Allah, seakan-akan Allah menciptakan sesuatu hanya untuk main-main, tidak mempunyai tujuan yang benar dan luhur. Padahal Allah menciptakan langit, bumi dan seisinya, dan yang ada di antara keduanya, adalah agar manusia menyembah-Nya dan berusaha untuk mengenal-Nya melalui ciptaan-Nya itu. Maksud tersebut baru dapat tercapai dengan sempurna apabila penciptaan alam itu diikuti dengan penurunan Kitab yang berisi petunjuk dan dengan mengutus para Rasul untuk membimbing manusia. Alquran selain menjadi petunjuk bagi manusia, juga berfungsi sebagai mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad SAW, untuk membuktikan kebenaran kerasulannya. Oleh sebab itu, orang-orang yang mengingkari kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah juga orang-orang yang menganggap bahwa Allah menciptakan alam ini dengan sia-sia, tanpa adanya tujuan dan hikmat yang luhur, tanpa ada manfaat dan kegunaannya. Apabila manusia mau memperhatikan semua yang ada di bumi ini, baik yang tampak di permukaannya, maupun yang tersimpan dalam perut bumi itu, niscaya ia akan menemukan banyak keajaiban yang menunjukkan kekuasaan Allah. Jika ia yakin bahwa kesemuanya itu diciptakan Allah untuk kemaslahatan dan kemajuan hidup manusia sendiri, maka ia akan merasa bersyukur kepada Allah, dan meyakini bahwa semuanya itu diciptakan Allah berdasarkan tujuan yang luhur karena semuanya memberikan faedah yang tidak terhitung banyaknya. Bila manusia sampai kepada keyakinan semacam itu, sudah pasti ia tidak akan mengingkari Alquran dan tidak akan menolak kerasulan Nabi Muhammad SAW. Senada dengan isi ayat ini, Allah telah berfirman dalam ayat-ayat yang lain. "Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang yang kafir itu karena mereka akan masuk neraka." QS Sad 27 "Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." QS Ad-Dukhan 39 BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini Menuruthadis dari Sayyidina 'Abdillah bin 'Abbas, Allah menciptakan nur Muhammad dua ribu tahun sebelum menciptakan Nabi Adam as. Nur Muhammad tersebut senantiasa bertasbih kepada Allah, di mana kemudian para malaikat juga ikut bertasbih ( Mawlid ad-Diba'i, hlm. 15 dan Mawlid Syarafu al-Anam, hlm. 99 dalam Majmu'ah al-Mawalid, penerbit al-'Aidrus Jakarta).
Alam ini tercipta karena adanya Nur Muhammad, dalam Kitab Qashidah Barzanji mengandung konsep yang kemudian dikenal dengan istilah Nur Muhammad. Kitab karya As-Sayyid Jafar yang kerap dibaca masyarakat Muslim di berbagai belahan dunia ketika peringatan maulid ini menyebut konsep Nur Muhammad dan terjemahannya secara harfiah. Yakni أصلي وأسلم على النور الموصوف بالتقدم والأوليه Artinya, “Aku mengucap shalawat dan salam untuk cahaya yang bersifat terdahulu dan awal.” Menurut Syekh Muhammad Nawawi Banten, ulama Nusantara yang otoritas keilmuannya teruji dan diakui oleh ulama di Timur Tengah di zamannya, konsep Nur Muhammad tidak sulit untuk dipahami dan tidak perlu dibikin ruwet. Status Nur Muhammad bukan qadim sebagaimana keqadiman sifat Allah. Nur Muhammad adalah makhluk yang pertama kali Allah ciptakan sebelum dia menciptakan makhluk lainnya. Sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat sahabat Jabir RA bahwa ketika ditanya perihal makhluk pertama yang diciptakan Allah, Rasulullah SAW menjawab, "Sungguh, Allah menciptakan nur nabimu sebelum segala sesuatu." Allah menjadikan nur itu beredar dengan kuasa Allah sesuai kehendak-Nya. Saat itu belum ada lauh, qalam, surga, neraka, malaikat, manusia, jin, bumi, langit, matahari, dan bulan. Atas dasar ini, nur itu adalah substansi, bukan aksiden. Dalam hadist Qudsi dikatakan لَوْلَاكَ لَوْلَاكَ يَا مُحَمّد لما خَلَقْتَ الأَفْلَاك Artinya Jika bukan karena engkau wahai Muhammad, tidak akan aku ciptakan alam semesta ini. Kelahiran Nabi Muhammad shalllallahu alaihi wasallam, memang anugerah dan kado terindah bagi umat manusia dari Allah yang wajib kita syukuri. Sebagaimana pertanyaan Nabi Daud kepada Allah ta’ala “nikmat apakah yang paling terbesar di sisi-Mu?”, Allah ta’ala menjawab “Diciptakannya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam” اللهلم صل و سلم على سيدنا محمد و على اله و صحبه اجمعين HAFIMULTIMEDIA
RasulullahSaw bersabda: "barang siapa menggali sumur maka ia berhak 40 hasta sebagai kandang ternaknya." (HR. Ibnu Majah) Pada hadits tersebut, Rasulullah Saw menjanjikan hadiah khusus bagi siapa saja yang berupaya dan mengusahakan adanya air dengan menggali sumur, maka ia berhak atas sebidang tanah. ArticlePDF Available AbstractKosmologi dalam al-Qur’an dapat digambarkan bahwa Allah telah menciptakan tujuh lapis langit dan meletakkan yang satu di atas yang lain di atas bumi, dalam tatanan yang sempurna dan tanpa cela, masing-masing berorbit pada jalannya sendiri. Karena alam semesta dan proses-proses yang terjadi di dalamnya sering kali dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka memeriksa dan meneliti kosmos atau alam semesta dapat diartikan juga membaca ayat-ayat tersebut. Dengan memperhatikan alam semesta maka akan dapat merinci dan menguraikan serta menerangkan ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang pada umumnya merupakan garis-garis besar saja Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Tafsé Journal of Qur'anic Studies Vol. 2 No. 1, pp. 30-46, Juni 2018 ALAM SEMESTA MENURUT AL-QUR’AN Muhammad Zaini Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia Email Abstrak Kosmologi dalam al-Qur’an dapat digambarkan bahwa Allah telah menciptakan tujuh lapis langit dan meletakkan yang satu di atas yang lain di atas bumi, dalam tatanan yang sempurna dan tanpa cela, masing-masing berorbit pada jalannya sendiri. Karena alam semesta dan proses-proses yang terjadi di dalamnya sering kali dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka memeriksa dan meneliti kosmos atau alam semesta dapat diartikan juga membaca ayat-ayat tersebut. Dengan memperhatikan alam semesta maka akan dapat merinci dan menguraikan serta menerangkan ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang pada umumnya merupakan garis-garis besar saja Keywords alam, penciptaan, al-Qur’an, *** Pendahuluan Kata alam  secara bahasa berarti seluruh alam semesta. Jika dikatakan al-kauny  al-alamy  artinya yang meliputi seluruh dunia. Dalam bahasa Yunani, alam semesta atau jagat raya disebut sebagai “kosmos” yang berarti “serasi, harmonis”. Dari segi akar kata, “alam” alam memiliki akar yang sama dengan “ilm” ilmu, pengetahuan dan “alamat” alamat, pertanda. Disebut demikian karena jagat raya ini sebagai pertanda adanya sang Maha Pencipta, yaitu Allah Swt. Jagat raya juga disebut sebagai ayat-ayat yang menjadi sumber ilmu dan pelajaran bagi manusia. Salah satu pelajaran dan ajaran yang dapat diambil dari pengamatan terhadap alam semesta ialah keserasian, keharmonisan dan ketertiban, bukan suatu kekacauan. Disebabkan sifatnya yang penuh maksud, maka studi tentang alam semesta akan membimbing seseorang kepada kesimpulan positif dan sikap penuh Munawir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap Surabaya Pustaka Progresif, 1997, 966 Nur Chalis Madjid, Ensiklopedi Nur Chalis Madjid Jakarta Mizan, 2006, 134 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 31 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Dalam al-Qur’an, banyak ayat-ayat yang berbicara mengenai penciptaan alam semesta yang diungkapkan dalam bentuk yang bermacam-macam. Al-Qur’an menekankan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu, baik yang di langit maupun di bumi. Allah pencipta segala sesuatu, itulah sifat-Nya yang paling besar dan paling nyata, tidak ada pencipta selain-Nya. Sebagai pencipta, al-Qur’an menyebut sejumlah nama Allah, antara lain al-Khaliq, al-Bari’, al-Mushawwir, dan al-Badi’. Oleh karena itu, umat Islam sepakat bahwa Allah adalah pencipta al-Khaliq dan alam semesta ini adalah ciptaan-Nya Makhluq. Al-Qur’an juga banyak menjelaskan tentang fenomena alam semesta dan ciptaan-Nya yang bisa dilihat dengan mata kepala seperti kejadian siang dan malam, matahari, bulan dan planet-planet. Meskipun demikian, informasi tentang penciptaan alam semesta dalam al-Qur’an tidak tersusun secara sistematis seperti yang dikenal dalam buku ilmiah. Masalah ini tidak terhimpun pada satu kesatuan, tetapi diungkapkan dalam berbagai ayat yang tergelar dalam beberapa surat al-Qur’an. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa Allah menciptakan alam semesta tidak hanya menggunakan kata khalaqa, tetapi juga menggunakan kata-kata lain seperti ja’ala, bada’a, fathara, shana’a, amara, nasya’a, dan bada`a yang arti lahiriyahnya sama tetapi maksudnya berbeda. Untuk memaparkan dan membahas ayat-ayat tentang alam semesta dalam makalah ini, penulis menggunakan metode tafsir tematik maudhu’i. Sebagaimana lazimnya suatu kajian yang menggunakan metode tafsir maudhu’i, makalah ini menggunakan beberapa langkah atau ketentuan yang harus diikuti. Di antara langkah yang paling penting adalah mengindentifikasi ayat-ayat dalam al-Qur’an yang terkait dengan persoalan alam semesta. Setelah semua ayat yang berkaitan dengan alam semesta dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah mencari hadis-hadis yang menjelaskan tentang persoalan tersebut. Lalu dilihat korelasi munasabah antara satu ayat dengan ayat yang lain atau antara ayat dengan hadis. Demikian pula, membandingkan pendapat mufasir tentang ayat dan hadis tersebut. Di samping itu, penulis juga akan menguraikan beberapa pendapat dari teolog dan filosof muslim tentang proses penciptaan alam. Sehingga pada akhirnya konsep alam semesta dalam al-Qur’an bisa terjawab secara tuntas. Hussein Bahreisy, Kamus Islam menurut Qur’an & Hadits Surabaya Galundi Jaya, tt, 16 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 32 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Penciptaan Alam menurut Teolog dan Filosof Muslim Dalam sejarah perkembangan filsafat Islam, terdapat dua doktrin yang berbeda dalam menjelaskan bagaimana alam doktrin penciptan al-khalq/creation. Kedua, doktrin emanasi al-fayd/emanation. Pada kedua kelompok ini telah terjadi perdebatan dan kontroversi di sepanjang sejarah perkembangan teologi dan filsafat Islam. Dengan doktrin ini pula telah melibatkan hampir semua tokoh teolog dan filosof Islam, sebab terjadi perbedaan penafsiran terhadap keagungan dan kebesaran Tuhan. Teori penciptaan merupakan pemikiran ahli teologi terutama para ahli dalam aliran Asy’ariyah. Aliran ini berpendapat bahwa Allah menjadikan alam melalui sifat-Nya seperti ilm, iradah, qudrah dan sebagainya. Dalam kajian teologi, pembahasan terhadap kejadian alam menjurus kepada kajian sifat-sifat Allah dan kesan-kesan dari sifat-sifat tersebut. Menurut aliran ini, alam ini mempunyai dua unsur yaitu unsur jauhar dan unsur aradh substansi dan accidents. Demikian juga dengan teori emanasi yang merupakan pemikiran para filosof Islam. Mereka mengolah pemikiran para ahli teologi terutama tentang sifat af’al Allah dalam konteks keberadaan alam. Para filosof Islam berpendapat bahwa penciptaan al-khalq/creation sebenarnya adalah suatu proses yang lahir daripada konsep akibat yang semestinya, melalui tindakan berfikir yang dilakukan oleh pencipta maka alam sebagai objek pikiran Pencipta wujud yang semestinya. Teori emanasi ini menjelaskan bahwa alam ini abadi qadim/eternal. Filosof Islam pertama yang dipandang memperkenalkan teori ini adalah al-Farabi. Menurutnya, alam semesta ini dijadikan secara melimpah al-faidh, teori ini diambil dari Neo-Platonisme yang mengatakan bahwa alam ini terjadi karena limpahan dari yang pertama yang melimpah adalah satu yakni akal. Dengan demikian, keanekaan alamiah itu tidak secara langsung dimulai dari Tuhan. Tetapi dari akal pertama yang melimpah mengandung keanekaan potensial sebagai sebab langsung bagi keanekaan aktual di alam empiris. Berdasarkan teori ini, Tuhan terpelihara keutuhan zat-Nya dari keanekaan, karena Tuhan bukan langsung dari wujud empiris. Alam dalam bahasa Inggris disebut universe yang artinya segala sesuatu yang ada. Istilah lain menyebutnya dengan universum berarti seluruhnya. Oleh karena itu, alam diartikan dengan langit dan bumi dengan segala isinya. Poejawijanta, Manusia dan Alam Jakarta Bina Aksara, 1983, 13-15 Aliran teologi Islam lahir pada dasawarsa kedua abad ke X awal abad ke-IV H, pengikut aliran ini bersama pengikut Maturidiyah dan Salafiyyah mengaku termasuk golongan ahlu al-sunnah wa al-jama’ah. Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 33 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Teori yang dikemukakan al-Farabi ini adalah untuk menjelaskan hakikat-hakikat yang terlibat dalam proses emanasi. Hakikat-hakikat tersebut dijelaskan dalam uraian prinsip-prinsip kewujudan. Al-Farabi membagi prinsip-prinsip ini kepada kewujudan yang bukan jisim dan kewujudan yang berada di dalam jisim. Jisim-jisim tidaklah dengan sendirinya dianggap sebagai prinsip kewujudan. Sebelum al-Farabi, filosof Islam pertama adalah tidak mengutarakan teori yang berbeda antara ahli teologi tentang kejadian alam. Pemikiran al-Kindi dalam bidang teologi sejalan dengan pemikiran Mu’tazilah. Menurut al-Kindi, alam ini baharu, tidak abadi. Alam diciptakan oleh Allah. Al-Kindi menggunakan kata-kata ibda’ untuk menjelaskan proses penciptaan alam. Dalam hal ini, Sayyed Hussein Nashr berpendapat walaupun al-Kindi telah melahirkan perspektif baru dalam dunia intelektual Islam namun al-Farabilah yang telah meletakkan filsafat Islam di atas asas yang lebih kuat dan kokoh. Berbeda dengan al-Kindi, filosof Islam Ibnu Maskawaih juga menjelaskan tentang proses terjadinya alam. Menurut Ibnu Maskawaih, Allah menciptakan alam melalui proses emanasi. Emanasi yang dipahami oleh Ibnu Maskawaih adalah entitas pertama yang memancar dari Allah yaitu aqal fa’al akal aktif. Akal aktif ini tanpa perantara sesuatupun. Ia qadim, sempurna dan tidak berubah. Dari akal aktif, timbullah jiwa dan dari perantaraan jiwa timbul planet al-falak. Pelimpahan yang terus menerus dari Allah dapat memelihara tatanan di dalam alam ini. Selain Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina juga membahas tentang teori emanasi. Proses emanasi yang diajukan oleh Ibnu Sina didasarkan karena dalam al-Qur’an tidak ditemukan informasi yang rinci tentang penciptaan alam dari materi yang sudah ada atau dari tiada. Ibnu Sina memberikan corak yang berlainan dari teori emanasi yang diajukan Al-Kindi adalah filosof Islam pertama, lahir di Kufah sekitar tahun 185 H 801 M dari keluarga kaya dan terhormat, sangat tekun mempelajari berbagai disiplin ilmu, penguasaannya terhadap filsafat dan disiplin ilmu lainnya telah menempatkan ia menjadi orang Islam pertama yang berkebangsaan Arab dalam jajaran para filosof terkemuka yang diberi gelar Failasauf al-Arab. Ahmad Fuad al-Ahwany, al-Falsafah al-Islamiyyah Kairo Dar al-Qalam, 1962, 63 Salah satu aliran dalam teologi Islam yang dikenal bersifat rasional dan liberal. Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan aliran Khawarij dan Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Ciri utama yang membedakan aliran ini dari aliran teologi Islam lainnya adalah pandangan-pandangan teologisnya lebih banyak ditunjang oleh dalil-dalil aqliyyah akal dan lebih bersifat filosofis. Sayyed Hussein Nashr, Islamic Life and Thought Londong George Allen & Unwin, 1981, 65 Sejarah hidup Ibnu Maskawaih tidak banyak diketahui orang. Dalam berbagai literatur tidak diungkapkan biografinya secara rinci. Ia lahir di kota Rayy, Iran pada tahun 330 H/941 M dan wafat di Asfahan 421 H/1030 M. Mustafa Yusuf, Falsafah al-Akhlak fi al-Islam Kairo Dar al-Ma’arif, 1985, 71 Majid Fakkri, Sejarah Filsafat Islam, terj. Mulyadi Kartanegara Jakarta Pustaka Jaya, 1986, 266 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 34 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 oleh Ibnu Maskawaih. Corak emanasi yang diajukan Ibnu Sina adalah dari Tuhan akan memancar intelegensi akal pertama, dari akal pertama memancar akal kedua dan langit pertama; demikian seterusnya hingga sampai kepada memancarnya akal kesepuluh dan bumi. Dari akal kesepuluh akan melimpah segala sesuatu yang terdapat di bumi. Apabila melihat pendapat para teolog dan filosof di atas, maka pemikiran pandangan para filosof Islam tentang emanasi masih dinilai mempunyai urgensitas dalam kajian dan studi Islam. Dengan menggali kembali teori emanasi yang pernah menjadi “penting” dalam khazanah pemikiran Islam, maka paling tidak akan menumbuhkan motifasi baru bagi pemikir-pemikir Islam modern untuk mengembangkan pemikiran mereka terhadap ayat-ayat kauniyyah yang terdapat dalam al-Qur’an. Proses Penciptaan Alam Semesta dalam al-Qur’an Pembicaraan al-Qur’an tentang proses penciptaan alam semesta dapat ditemukan dari ayat-ayat yang tersebar dalam beberapa surat. Akan tetapi, informasi itu hanya bersifat garis besar atau prinsip-prinsip dasar saja, karena al-Qur’an bukanlah buku kosmologi atau buku ilmu pengetahuan yang menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis. Sehingga memunculkan banyak interpretasi dari para mufasir maupun filosof terhadap kandungan ayat-ayat dimaksud. Di antara ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang proses penciptaan alam semesta ini adalah sebagai berikut 1. QS. Hud/11 7         “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya sebelum itu di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya dan jika kamu berkata kepada penduduk Mekah “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” Ahmad Fuad al-Ahwany, al-Falsafah al-Islamiyyah, 840 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 35 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 2. QS. al-Anbiya’/21 30      “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?” 3. QS. Fushshilat/41 9-12                 “Katakanlah “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? yang bersifat demikian itu adalah Rabb semesta alam” dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan kadar makanan-makanan penghuninya dalam empat masa. Penjelasan itu sebagai jawaban bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa” keduanya menjawab “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” Pada QS. Hud/11 7 Allah menegaskan bahwa Dialah Sang Pencipta alam semesta langit dan bumi serta segala isinya. Sebelum proses penciptaan dimulai, Allah telah memiliki arasy singgasana yang berada di atas air ketika menciptakan alam semesta. Allah menguji manusia siapa yang paling baik amalnya dalam memanfaatkan ciptaan-Nya supaya mereka mendapatkan balasan atas amal perbuatan permulaan ayat, diawali dengan menyebutkan bahwa dalam menciptakan alam, langit dan bumi memakan waktu selama enam masa, dengan rincian dua hari Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Mesir Mustafa al-Babiy al-Halabiy, 1394 H/1974 M, XII 3 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 36 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 menciptakan bumi, dua hari menciptakan segala isinya, dan dua hari menciptakan langit dan segala al-Qur’an, untuk menyebut alam semesta digunakan ungkapan “samawati wa al-ardhi wa ma bainahuma”. Ungkapan ini terulang sebanyak 21 kali dalam 15 surat yang berbeda, kesemuanya dapat diartikan seluruh alam, baik yang fisik maupun non fisik. Kata “samawati wa al-ardhi” yang diartikan dengan langit dan bumi - yang dijelaskan pada QS al-Anbiya’/21 30 - pada mulanya keduanya adalah satu kesatuan ratqan. Kemudian Allah pisahkan menjadi dua, yang satu diangkat-Nya ke atas yang disebut langit, dan yang satu lagi dibiarkan terhampar di bawah disebut dengan adanya pemisahan antara langit dan bumi itu, maka terciptalah ruang kosong bernama awang-awang yang diungkapkan dengan kata wa ma bainahuma. Pada QS. al-Anbiya’/21 30 juga menunjukkan bahwa air al-ma’ telah ada sebagai salah satu kondisi terwujudnya alam semesta. Menurut Madjid Ali Khan dengan mengutip Abdullah Yusuf Ali mengatakan bahwa Ilmu Biologi kontemporer menunjukkan semua kehidupan dimulai dari Sarwar dalam bukunya Philosophy of Qur’an mengatakan bahwa air adalah komponen terpenting bagi kehidupan. Hal ini sebagai perluasan yang sangat mendukung teori kimia Hasbi ash-Shiddieqy, teori penciptaan alam yang dikemukakan oleh ilmu pengetahuan sesuai dengan teori al-Qur’an sendiri, seperti tersebut dalam QS. al-Anbiya’/21 30. Teori-teori ilmiah yang sesuai dengan al-Qur’an Pertama, sebelum dijadikan langit dan bumi, hanya terdapat zarrah-zarrah yang menyerupai kabut dan air yang menjadi unsur pokok terjadinya alam ini. Kedua, langit dan bumi mulanya adalah suatu paduan, kemudian Allah memisahkannya. Lalu Allah menjadikan udara di antara keduanya yang menghilangkan panas bumi agar manusia dapat hidup di atasnya. Udara yang bergerak dan terus Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Fushshilat/41 9-12 yang juga merupakan fokus kajian dalam makalah ini. Muhammad Fu’ad Abd. al-Baqiy, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an Beirut Dar al-Fikr, 1987, 365-366  QS. al-Ghasyiyah/88 18  QS. al-Ghasyiyah/88 20 Madjid Ali Khan, Islam dan Evolusi Kehidupan Yogyakarta PLP2, 1987, 93 HG. Sarwar, Filsafat al-Qur’an Rajawali Jakarta, 1990, 99 Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’an al-Majid Jakarta PT. Pustaka Rezki Putra Semarang, 1995, IV 1809 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 37 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 berpindah-pindah itulah yang menyebabkan turunnya hujan yang membentuk laut dan sungai. Ketiga, yang dinamakan langit bukanlah planet, tetapi ruang yang tidak terbatas dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya dan ruang itulah yang menjadi tempat beredarnya seluruh bintang-bintang. Dapat dikatakan bahwa yang dikehendaki dengan tujuh petala langit ialah “tujuh kelompok gugusan bintang” yang masing-masing beredar menurut garis QS. Fushshilat/41 9-12 Allah menjelaskan bahwa dalam proses penciptaan alam semesta terdiri dari dua tahap. Pertama, alam semesta diciptakan dalam bentuk asap dukhan. Ibnu Katsir menafsirkan dukhan dengan sejenis uap terpecahnya asap menjadi berbagai benda-benda langit. Penjelasan ini sama seperti yang diakui oleh kebanyakan pakar astrofisika saat ini, yakni teori ledakan besar. Menurut teori ini, puluhan atau mungkin ratusan miliar tahun silam terdapat sebuah tumpukan gas yang terdiri dari hydrogen dan helium yang berotasi perlahan-lahan. Kemudian gas pecah dalam suatu peristiwa yang disebut “ledakan besar” dan selanjutnya membentuk benda-benda langit yang kini dikenal dengan galaksi. Dalam alam semesta terdapat bermiliar-miliar galaksi, masing-masing berotasi pada sumbunya berpadu sedemikian rupa sehingga satu sama lain tidak tahap kedua, galaksi pecah dan menjadi bermiliar-miliar bintang, salah satu di antara bintang itu adalah matahari. Setiap gas yang membentuk bintang pecah sebagai tahap ketiga untuk membentuk planet-planet yang mengelilingi bintang. Setiap bintang dan planet berotasi sedemikian rupa sehingga tidak ada tabrakan antara yang satu dengan yang lain. Semua itu adalah sunnatullah, tanda-tanda atau hukum Allah atau dalam istilah ilmiah disebut dengan hukum menurut QS. Fushshilat/41 9-12, bumi diciptakan dalam dua hari, selama empat hari lagi Allah menciptakan hiasan-hiasannya seperti disebutkan di atas, menciptakan segala bahan makanan, bahan pakaian dan sebagainya yang sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk-Nya. Al-Maraghi menjelaskan bahwa Allah menciptakan bumi dan segala isinya dalam empat tahapan, “Satu tahap untuk Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’an al-Majid, 1811-1812 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim Beirut Isa al-Babiy al-Halabiy, 1969, IV 93 Jurnalis Uddin, “Teori Evolusi Sesuai atau Bertentangan dengan al-Qur’an?” dalam Mukjizat al-Qur’an dan Sunnah tentang IPTEK Jakarta Gema Insani Press, 1995, 268-269 Jurnalis Uddin, “Teori Evolusi..., 268-269. Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 38 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 memadatkan materi bumi setelah asalnya berupa gas, setahap lagi untuk menyempurnakan lapisan-lapisan bumi selebihnya, termasuk di antaranya bahan-bahan mineral yang ada padanya, setahap lagi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan serta tahap terakhir untuk pembentukan ayat tersebut, Allah menyebutkan proses penciptaan bumi terlebih dahulu, setelah itu disebutkan penciptaan langit dengan segala isinya. Sedangkan pada ayat-ayat lain, biasanya terlebih dahulu diceritakan penciptaan langit, kemudian penciptaan bumi. Menurut al-Maraghi, pengungkapan dalam bentuk demikian karena manusia memperhatikan keadaan bumi yang ada di sekelilingnya, maka penyebutan tentang bumi didahulukan. Sedangkan menurut Hasbi ash-Shiddieqy, dalam rencananya Allah lebih dahulu membuat rencana bumi daripada rencana pembuatan langit, akan tetapi dalam pelaksanaannya kemudian lebih dahulu menciptakan langit termasuk matahari dari antara ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang penciptaan bumi adalah pada QS. al-Sajdah/32 4         “Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak pula seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”. Kata samawat yang diartikan dengan langit setidaknya memiliki tiga pengertian, yaitu Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, 207 Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, 207 Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’an al-Majid, 3531. Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 39 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Pertama, berarti awan sahab seperti terdapat dalam QS. al-Baqarah/2 164 sebagai berikut                “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati kering-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan”. Kedua, langit bermakna benda seperti terdapat pada QS. al-Insyiqaq/84 1 sebagai berikut  “Apabila langit terbelah.”Ketiga, langit juga bisa berarti sesuatu yang di atas. Sementara itu, penyebutan kata samawat dalam bentuk jamak karena langit diciptakan dalam tujuh tingkat atau tujuh lapis ini diulang dalam lima ayat QS. al-Baqarah/2 29, QS. al-Mukminun/23 17, QS. al-Thalaq/65 12, 3, dan al-Naba’/78 12 dilengkapi dengan menyebut tanda-tanda zodiak tentang matahari dan bulan, dan bintang-bintang yang indah dan menjadi alat pelempar setan QS. al-Mulk/67 5.Adapun ardhi adalah bumi yang menjadi tempat hidup, tempat berkembang biak, dan tempat mencari rezeki semua makhluk Allah. Bumi inilah yang diperintah Allah untuk dimakmurkan dan dilarang merusaknya, yang diberi beban tanggungjawab untuk memimpin dan memakmurkannya adalah khalifah-Nya yang mulia, yaitu manusia. Manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia. Tetapi, setelah Allah menciptakan manusia dalam rupa yang terbaik, lalu merendahkannya ke tingkat yang serendah-rendahnya, kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh QS. al-Tin/95 5-6. Faruq Sherif, al-Qur’an menurut al-Qur’an Jakarta PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001, I 41 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 40 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Jangka Waktu Proses Pencitaan Alam menurut al-Qur’an. Mengenai jangka waktu terjadinya penciptaan alam semesta, al-Qur’an mengatakan dalam banyak ayat bahwa Allah menciptakan alam semesta, baik langit maupun bumi selama enam hari fi sittati ayyam. Kata ayyam merupakan bentuk jamak dari yaum bermakna min thulu’ al-syams ila gharibiha dari terbit fajar sampai tenggelam matahari. Kata sittati ayyam sebagaimana disebutkan dalam Tafsir al-Qurthubi adalah hari-hari akhirat, yang tiap-tiap hari lamanya tahun. Sementara menurut Mujahid, Imam Ahmad dan Ibnu Abbas, hari yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah hari dunia yang dimulai dari hari Ahad dan berakhir hari Jumat 6 hari.Ungkapan bahwa Allah menciptakan alam semesta selama enam hari fi sittati ayyam terulang dalam al-Qur’an sebanyak 6 kali, yaitu QS. al-A’raf/7 54, QS. Yunus/10 3, QS. Hud/11 7, QS. al-Furqan/25 59, QS. Qaf/50 38, dan QS. al-Hadid/57 4. Ayat-ayat tersebut memiliki redaksi dan susunan kalimat yang sama kecuali dalam QS. al-Furqan/25 59 dan QS. Qaf/50 38 di mana dalam kedua ayat tersebut tersisip kata wa ma bainahuma sebelum kata fi sittati ayyam. Mengenai terjadinya alam semesta dalam enam hari, terdapat ayat yang menjelaskan bahwa hari Allah sama dengan tahun “sehari dalam pandangan Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari perhitunganmu” QS. al-Haj/22 47 dan QS. al-Sajdah/32 5. Oleh karena itu, menurut al-Qur’an, penciptaan telah tejadi dalam enam ribu tahun. Akan tetapi, beberapa mufasir berpendapat bahwa kata tahun dalam konteks ini digunakan bukan dalam pengertian biasa, tetapi secara kiasan, yang berarti suatu kurun waktu. Namun, mufasir lain berpendapat bahwa penafsiran tersebut nampaknya tidak dapat dibenarkan mengingat adanya penggunaan kata secara seksama dalam ayat-ayat yang bersangkutan dinyatakan dengan tegas bahwa sehari dalam pandangan Allah seperti seribu tahun dari perhitungan manusia fi yaimin kana miqdaruhu alfa sanatin mimma ta’uddun.Kebanyakan ulama mazhab tekstual menafsirkan “enam hari” sama dengan hari di planet bumi di mana satu hari adalah 24 jam, waktu yang dibutuhkan bumi untuk berotasi mengelilingi matahari. Sebaliknya, mazhab kontekstual mengatakan bahwa “satu hari” dalam al-Qur’an tidak otomatis berarti 24 jam, tetapi dapat berarti tahun atau Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an Mesir Dar al-Ihya’ al-Kutub al-Turats, 1952, VII 140 Faruq Sherif, al-Qur’an menurut al-Qur’an, 42 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 41 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 bahkan tahun QS. al-Sajdah/32 5, QS. al-Ma’arij/70 4. Mazhab kontekstual lebih suka menafsirkan “enam hari” menjadi “enam periode”, bukan “enam hari”.Dalam hal ini, penulis sepakat dengan mazhab kontekstual bahwa hitungan “enam hari” dalam penciptaan alam semesta tidak dapat disamakan dengan hitungan enam hari hitungan di bumi. Sebab, ketika langit dan bumi sedang diciptakan Allah, hitungan hari, bulan dan tahun belum dikenal. Barulah setelah alam selesai diciptakan dan ada penghuninya, hitungan hari, bulan dan tahun itu ada dan dikenal oleh manusia. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah dengan menyebut enam hari atau enam periode tersebut tidak lebih hanya sekedar penyebutan waktu belaka, bukan berarti Allah tidak kuasa menciptakan alam semesta kurang dari kurun waktu tersebut. Al-Qurthubi mengatakan bahwa jika Allah mau, Dia dapat menciptakan alam semesta dalam waktu sekejap saja. Bahkan cukup dengan mengatakan kun dibalik proses penciptaan yang cukup panjang tersebut adalah Allah mengajarkan kepada manusia bahwa melaksanakan sesuatu harus secara bertahap dan tidak tergesa-gesa agar mendapatkan hasil yang maksimal. Sementara itu, ulama falak telah menetapkan bahwa hari-hari di planet lain di luar bumi berbeda dengan hari-hari di bumi tentang jangka lamanya. Hari-hari Allah menjadikan alam mulai berupa kabut atau asap berlangsung beribu-ribu tahun lamanya. Selain itu, Allah menjelaskan bahwa Dia telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Dia juga memberitahukan bahwa ketika menciptakan langit dan bumi Dia telah bersinggasana di atas air, sebagaimana tersebut dalam QS. Fushshilat/41 9-10. Dalam hal ini, Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadis qudsi sebagaimana yang dikutip Ibnu Katsir dalam kitabnya, bahwa Rasul ditanya, “Ya Rasulullah, di manakah Tuhan kami sebelum Dia menciptakan makhluk-Nya?”. Rasulullah bersabda  “Dia berada di awan yang kosong bawahnya dan kosong pula atasnya, kemudian diciptakan-Nya arsy sesudah itu”. Dengan demikian, air menurut al-Qur’an dan awan menurut hadis lebih dahuku diciptakan daripada bumi dan langit, bahkan lebih dahulu daripada arasy. Jurnalis Uddin, “Teori Evolusi..., 268 Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, 140 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, IV 269 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 42 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Sedangkan tujuan Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang paling baik amalnya ketika menghuni bumi serta menikmati apa yang ada di antara keduanya. Tujuan Penciptaan Alam menurut al-Qur’an Al-Qur’an menekankan bahwa Allah peduli pada ciptaan-Nya. Hal ini ditegaskan dalam QS. al-Mukminun/23 17 sebagai berikut “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan tujuh buah langit; dan kami tidaklah lengah terhadap ciptaan Kami”. Allah juga telah menciptakan bumi sebanyak menciptakan langit, sebagaimana dalam QS. al-Thalaq/65 12 berikut ini        “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. Dari seluruh rangkaian objek ciptaan, semua disebutkan dalam al-Qur’an berulang-ulang dalam konteks manfaatnya bagi manusia langit, matahari, bulan, bintang, malam, siang, angin, hujan, bumi, jalan, laut, sungai, sumber air, gunung, tumbuhan, buah-buahan tertentu, mineral besi, hewan, dan sebagainya. Apabila ditanyakan apa penyebab disebut berulang-ulang tentang objek-objek yang terletak di hadapan mata, jawabannya ialah bahwa jumlah tekanan pada tanda-tanda dan simbol-simbol Allah akan cukup untuk membuktikan kebesaran dan kekuasaan-Nya serta nikmat-nikmat yang disediakan kepada manusia. Al-Qur’an mengatakan bahwa penciptaan langit dan bumi jauh lebih besar daripada manusia QS. al-Mukminun/23 57. Dalam seluruh ciptaan Allah ada tanda-tanda bagi orang yang mengerti; orang beriman harus merenungkan keajaiban alam semesta dalam setiap sikap tubuhnya, seraya berkata, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau Faruq Sherif, al-Qur’an menurut al-Qur’an, 41 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 43 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 menciptakan ini dengan sia-sia” QS. Ali Imran/3 191. Motif Allah dalam menciptakan seluruh alam semesta – yang tidak menyebabkan Dia lelah atau bosan QS. al-Baqarah/2 255 dan QS. al-Ahqaf/46 32 – ialah agar manusia mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan ilmu Allah meliputi segala sesuatu QS. al-Thalaq/65 12. Menurut hadis Nabi, Allah berfirman, “Aku dahulunya perbendaharaan yang tersembunyi, kemudian Aku merasa ingin dikenali, lalu Aku menciptakan makhluk supaya Aku dikenal”. Menurut hadis lain, Allah berkata kepada Nabi, “Sekiranya bukan karena engkau ya Muhammad, Aku tidak akan menciptakan langit-langit.” Dari seluruh rangkaian objek ciptaan Allah yang tampak dalam alam ini, al-Qur’an selalu menyebut tentang fenomena alam secara berulang-ulang dalam konteks manfaatnya bagi manusia. Seperti langit, matahari, bulan, bintang, malam, siang, angin, hujan, bumi, jalan, laut, sungai, sumber air, gunung, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan tertentu seperti kurma, anggur, delima, mineral besi, hewan, dan sebagainya. Tidak kurang dari 750 ayat yang secara tegas menguraikan tentang fenomena alam raya ini. Penyebutan secara berulang tentu mempunyai maksud dan rahasia yang luar biasa. Paling tidak, ada tiga hal yang dapat dikemukakan, yaitu Pertama, al-Qur’an memerintahkan manusia untuk memperhatikan dan mempelajari alam semesta dalam rangka memperoleh manfaat dan kemudahan dalam kehidupannya, serta untuk memberikan kesadaran manusia akan Keesaan dan Kemahakuasaan Allah. Kedua, alam dan segala isinya serta hukum-hukum yang terdapat di dalamnya adalah diciptakan, dimiliki, dikuasai, dan diatur oleh Allah dengan teliti. Dengan kata lain, alam semesta tunduk dan patuh kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan dan tidak pernah menyimpang dari ketentuan Allah. Oleh karena itu, alam semesta beserta isinya tidak boleh disembah, dikultuskan dan dipertuhankan oleh manusia. Ketiga, redaksi ayat-ayat kauniyyah bersifat ringkas, teliti dan padat sehingga pemahaman dan penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut sangat bervariasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pengetahuan masing-masing al-Qur’an, banyak terdapat ayat yang mengajak manusia memperhatikan, memikirkan, dan mengamati alam raya. Ajakan ini dimaksudkan agar manusia M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an Bandung Mizan, 1997, 131 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, 132 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 44 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 memperoleh tanda-tanda yang membuktikan adanya Tuhan Pencipta alam semesta. Dalam konteks ini, al-Qur’an memberi arti yang penting sekali pada pengetahuan indrawi bagi jalan untuk menemukan-Nya. Manusia diajak untuk memikirkan kejadian langit dan bumi, bergantinya siang dan malam, berlayarnya perahu di tengah lautan, bertiupnya angin udara, diturunkannya hujan untuk kehidupan manusia dan tumbuh-tumbuhan, diciptakannya berbagai macam hewan untuk kesenangan manusia, dan sebagainya. Di banyak tempat, al-Qur’an menekankan perlunya dan bermanfaatnya pengamatan terhadap alam. Kegiatan ini mempunyai dua tujuan, yakni tujuan Ilahi ketuhanan dan tujuan duniawi. Hakikat-hakikat yang sudah jelas nampak dan nyata telah dapat disentuh manusia dibeberkan oleh bukti-bukti alam dan tidak memerlukan lagi argumen-argumen lain untuk menetapkannya. Akan tetapi, kesombongan seringkali mendorong seseorang untuk membangkitkan keraguan dan mengacaukan hakikat-hakikat tersebut. Usaha yang demikian perlu dihadapi dengan hujjah agar hakikat-hakikat tersebut mendapat pengakuan yang semestinya. Ayat-ayat yang berisi ajakan untuk memperhatikan dan mengamati alam semesta kebanyakan dimulai dengan kata   apakah kamu tidak memperhatikan dan mengamati?, ada pula yang dimulai dengan kata  apakah mereka tidak melihat?, dan ada yang bersifat informatif pengajaran. Sehubungan dengan keharusan manusia untuk mengenal alam sekelilingnya dengan baik, maka Allah memerintahkan dalam banyak ayat al-Qur’an, di antaranya QS. Yunus/10 101 sebagai berikut      “Katakanlah “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. Agar manusia mengetahui sifat-sifat dan kelakuan alam di sekitarnya, yang akan menjadi tempat tinggal dan sumber bahan serta makanan selama hidupnya. Kata unzhuru mengandung perintah untuk melihat tidak sekedar dengan pikiran kosong, melainkan dengan perhatian pada kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, serta makna gejala-gejala alamiyah yang teramati. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam Jakarta Pustaka Obor Indonesia, 2002, 16 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 45 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Hal ini akan tampak lebih jelas lagi jika mengikuti teguran-teguran Allah dalam QS. al-Ghasyiyah/88 17-20                “Maka apakah mereka tidak memper-hatikan unta bagaimana diciptakan? dan langit bagaimana ditinggikan? dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan? dan bumi bagaimana dihamparkan?”. Dari empat ayat tersebut nyatalah bahwa Allah memberikan bimbingan-Nya lebih lanjut di dalam al-Qur’an dengan memberikan contoh apa saja yang dapat diamati dan untuk tujuan apa pengamatan itu dilakukan, agar manusia dapat mengenal baik lingkungannya. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa alam semesta menurut al-Qur’an diciptakan Allah namun tidak dijelaskan secara rinci apakah diciptakan dari sesuatu atau materi yang sudah ada atau dari ketiadaan nihil. Proses penciptaan alam juga mengalami perkembangan secara gradual tadrij sesuai dengan sunatullah. Dari sinilah muncul banyak penafsiran yang berbeda di kalangan mufasir, khususnya para teolog dan filosof. Adapun persoalan kosmologi dalam al-Qur’an dapat digambarkan bahwa Allah menciptakan tujuh lapis langit dan meletakkan yang satu di atas yang lain di atas bumi, dalam tatanan yang sempurna dan tanpa cela, masing-masing berorbit pada jalannya sendiri. Karena alam semesta dan proses-proses yang terjadi di dalamnya sering kali dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka memeriksa dan meneliti kosmos atau alam semesta dapat diartikan sebagai membaca ayatullah. Dengan memperhatikan alam semesta, maka akan dapat merinci dan menguraikan serta menerangkan ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang pada umumnya merupakan garis-garis besar saja. Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 46 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Daftar Pustaka Al-Quran al-Karim Ahmad Fuad al-Ahwany. 1962. Al-Falsafah al-Islamiyyah. Kairo Dar al-Qalam Ahmad Musthafa al-Maraghi. 1974. Tafsir al-Maraghi. Juz 12. Mesir Mustafa al-babiy al-Halabiy Munawir. 1997. Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya Pustaka Progresif Faruq Sherif. 2001. Al-Qur’an menurut al-Qur’an. Jakarta PT Serambi Ilmu Semesta Hasbi Ash-Shiddiqy. 1995. Tafsir al-Qur’an al-Majid. Jilid 4. Jakarta PT Pustaka Rezki Putra Semarang HG. Sarwar. 1990. Filsafat al-Qur’an. Rajawali Jakarta Hussein Bahreisy. Kamus Islam Menurut Qur’an & Hadits. Surabaya Galundi Jaya, Ibnu Katsir. 1969. Tafsir al-Qur’an al-Azim. Juz IV. Beirut Isa al-Babiy al-Halabiy Jurnalis Uddin. 1995. “Teori Evolusi Sesuai atau Bertentangan dengan al-Qur’an?”. Dalam Mukjizat al-Qur’an dan Sunnah tentang IPTEK. Jakarta Gema Insani Press M. Quraish Shihab. 1997. Membumikan al-Qur’an. Bandung Mizan Majid Fakkri. 1986. Sejarah Filsafat Islam. Terj. Mulyadi Kartanegara. Jakarta Pustaka Jaya Madjid Ali Khan. 1987. Islam dan Evolusi Kehidupan. Yogyakarta PLP2 Muhammad Fu’af Abd al-Baqiy. 1987. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an. Beirut Dar al-Fikr Mustafa Yusuf. 1985. Falsafah al-Akhlak fi al-Islam. Kairo Dar al-Ma’arif Nur Chalis Madjid. 2006. Ensiklopedi Nur Chalis Madjid. Jakarta Mizan Al-Qurthubi. 1952. Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an. Juz. VII. Mesir Dar al-Ihya’ al-Kutub al-Turats Sayyed Hussein Nashr. Islamic Life and Thought. London George Allen & Unwin ... Sedangkan bendabenda mati antara lain udara, air dan tanah. Dalam konteks pembelajaran semuanya dapat dimanfaatkan seperti yang dikaji dalam Al-Dukhaan ayat 38, Ayat tersebut menegaskan bahwa Allah menciptakan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya semuanya dengan benar, tidak sia-sia, semuanya bermanfaat dan mengandung hikmah bagi manusia Zaini, 2018. Manusia dan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu bangunan yang seharusnya saling menguatkan Daud et al., 2015 karena manusia amat bergantung pada lingkungan. ...Ramli RamliA good madrasah environment is an environment in which is decorated with well-maintained and neatly arranged trees as a natural laboratory for students, and a number of chairs and study tables are neatly arranged. A healthy and good living environment is the human right of every Indonesian citizen, so the planting of environmental love values in madrasah becomes kemestian. This study aims to describe and explain the planting of environmental love values conducted by Islamic Religious Education teachers. This study uses a qualitative approach. The data collection of this research was conducted through interviews, observations, and documentation studies. The results of the study that the planting of the value of environmental love in MTsN 3 Padang City was carried out through the development of madrasah curriculum, including self-development programs, integration in subjects, and madrasah culture. Self-development programs include routine activities, spontaneous activities, conscientiousness, conditioning of hygiene facilities in support of planting the character of environmental Rufaida FauzanMaurisa ZiniraKonsep jodoh yang tersebar dalam al-Qur’an dijelaskan dengan ragam kata yang berbeda. Terkadang Al-Qur’an menggunakan kata khalaqa, namun terkadang menggunakan kata ja’ala. Dalam ayat yang mengandung keduanya, kata khalaqa didahulukan sementara kata ja’ala mengikuti di belakangnya. Mengapa al-Qur’an menggunakan dua kata tersebut secara bergantian dan/atau berurutan? Bagaimana penggunaan dua kata tersebut menjelaskan konsep jodoh dalam Al-Qur’an?. Penelitian ini merupakan penelitian Pustaka dengan pendekatan hermeneutika Paul Ricouer. Dengan menerapkan tiga proses interpretasi semantic, reflektif dan eksistensial. Pada tahap pertama di level semantic, kedua kata ini memiliki perbedaan penekanan. Bila kata khalaqa menekankan pada aspek kekuasaan Allah, kata ja’ala lebih menekankan aspek manfaat yang di peroleh dari ciptaan Allah. Pada tahap reflektif tentang penciptaan jodoh, kata khalaqa dan ja’ala tidak disematkan pada gender tertentu sehingga tidak menunjukkan superioritas gender tertentu.. Pada tahap yang terakhir yakni eksistensial, dapat dipahami bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai nilai yang sama. Alquran menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan sebagai jodoh diciptakan untuk saling berkasih sayang, menjadi kawan atau partner satu sama Ridho Adi Aqdi Rofiq AsnawiNur HidayaturrohmahStephen Hawking’s theory “M” posits that the universe was formed without the assistance of God. This paper elaborates the qur’anic position on Hawking’s idea by analyzing the qur’anic scientific interpretation of universe creation. Therefore, the literature review was utilized to collect as much data as feasible, which was then evaluated using the descriptive-analytical method. The findings of this study indicate that Stephen Hawking’s “M” hypothesis has three faults, which constitute a scientific critique of the interpretation of Qur’anic texts relating to the earth and sky. The three faults are 1 Earth and sky were not created without God’s intervention, as Hawking claimed, but by the will and strength of Allah. This finding is stated in the interpretation of Surah Al-Anbiya’ verse 30, Al-Fushshilat verse 10, and Al-A’raf verse 54. 2 Hawking’s concept of creation is inappropriate since it is based on the rationalism of liberal thought. The natural creation process described in the Qur’an, scientifically proved by science, differs from Hawking’s claim. 3 Hawking’s idea of a mechanism for creating the heavens and the earth is not suitable with the scientific facts regarding them stated in the Qur’an’s scientific interpretationMotif Allah dalam menciptakan seluruh alam semesta -yang tidak menyebabkan Dia lelah atau bosan QS. al-Baqarah/2 255 dan QS. al-Ahqaf/46 32 -ialah agar manusia mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan ilmu Allah meliputi segala sesuatuQsAlimenciptakan ini dengan sia-sia" QS. Ali Imran/3 191. Motif Allah dalam menciptakan seluruh alam semesta -yang tidak menyebabkan Dia lelah atau bosan QS. al-Baqarah/2 255 dan QS. al-Ahqaf/46 32 -ialah agar manusia mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan ilmu Allah meliputi segala sesuatu QS. al-Thalaq/65 12.Aku dahulunya perbendaharaan yang tersembunyi, kemudian Aku merasa ingin dikenali, lalu Aku menciptakan makhluk supaya Aku dikenalAllah Menurut Hadis NabiBerfirmanMenurut hadis Nabi, Allah berfirman, "Aku dahulunya perbendaharaan yang tersembunyi, kemudian Aku merasa ingin dikenali, lalu Aku menciptakan makhluk supaya Aku dikenal". Menurut hadis lain, Allah berkata kepada Nabi, "Sekiranya bukan karena engkau ya Muhammad, Aku tidak akan menciptakan langit-langit." Dari seluruh rangkaian objek ciptaan Allah yang tampak dalam alam ini, al-Dengan kata lain, alam semesta tunduk dan patuh kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan dan tidak pernah menyimpang dari ketentuan Allah. Oleh karena itu, alam semesta beserta isinya tidak boleh disembahKeduaKedua, alam dan segala isinya serta hukum-hukum yang terdapat di dalamnya adalah diciptakan, dimiliki, dikuasai, dan diatur oleh Allah dengan teliti. Dengan kata lain, alam semesta tunduk dan patuh kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan dan tidak pernah menyimpang dari ketentuan Allah. Oleh karena itu, alam semesta beserta isinya tidak boleh disembah, dikultuskan dan dipertuhankan oleh ayat-ayat kauniyyah bersifat ringkas, teliti dan padat sehingga pemahaman dan penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut sangat bervariasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pengetahuan masing-masing penafsirKetigaKetiga, redaksi ayat-ayat kauniyyah bersifat ringkas, teliti dan padat sehingga pemahaman dan penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut sangat bervariasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pengetahuan masing-masing penafsir. 35Kamus al-Munawir Arab-Indonesia TerlengkapA W Munawir. 1997. Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya Pustaka ProgresifMembumikan al-Qur'an. Bandung Mizan Majid FakkriQuraish ShihabM. Quraish Shihab. 1997. Membumikan al-Qur'an. Bandung Mizan Majid Fakkri. 1986. Sejarah Filsafat Islam. Terj. Mulyadi Kartanegara. Jakarta Pustaka JayaIslam dan Evolusi KehidupanMadjid Ali KhanMadjid Ali Khan. 1987. Islam dan Evolusi Kehidupan. Yogyakarta PLP2Sayyed Hussein NashrSayyed Hussein Nashr. Islamic Life and Thought. London George Allen & Unwin
Allah Azza wa Jalla menjadikan tanah pada hari Sabtu, menancapkan gunung pada hari Ahad, menumbuhkan pohon-pohon pada hari Senin, menjadikan bahan-bahan mineral pada hari Selasa, menjadikan cahaya pada hari Rabu, menebarkan binatang pada hari Kamis, dan menjadikan Adam 'Alaihis Salam pada hari Jum'at setelah ashar, yang merupakan penciptaan paling akhir yaitu saat-saat terakhir di hari jum'at antara waktu ashar hingga malam."
Alam semesta dan tata surya adalah dua hal yang sangat menakjubkan. Kita sebagai manusia, seringkali merasa kecil dan terpukul ketika melihat betapa besar dan kompleksnya alam semesta yang Allah ciptakan. Namun, melalui hadits-hadits tentang alam semesta dan tata surya, kita bisa memahami betapa besarnya kekuasaan Allah dan betapa indahnya satu hadits yang paling terkenal tentang alam semesta adalah hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Dalam hadits ini, Allah berfirman, “Aku adalah Raja dan alam semesta adalah Kerajaanku. Langit adalah tahtaku dan bumi adalah alas kakiku”. Hadits ini memperlihatkan betapa besar kekuasaan Allah dan betapa kecilnya manusia di itu, dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda, “Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia mengetahui segala yang masuk ke dalam bumi dan keluar darinya, segala yang turun dari langit dan naik ke dalamnya, serta segala yang ada di dalamnya dan di atasnya. Dan Dia menyertainya dengan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu.”Hadits ini mengajarkan bahwa Allah adalah Sang Pencipta yang Mahakuasa, yang mengetahui segala sesuatu dan mengatur alam semesta dengan tentang tata suryaTata surya adalah sebuah sistem tata graha yang terdiri dari matahari dan semua objek angkasa yang mengorbit di sekitarnya. Di dalam hadits, tata surya sering disebut sebagai “bintang-bintang”.Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya bintang-bintang itu adalah penunjuk bagi orang yang tersesat di lautan, dan mereka adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman”. Hadits ini mengajarkan bahwa tata surya bukan hanya sebuah sistem kosmik yang indah, namun juga memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan itu, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda Allah. Mereka tidak terbenam atau terbit kecuali karena kehendak Allah. Ketika kiamat tiba, keduanya akan ditarik dan manusia akan melihat Allah dengan pandangan yang jelas, sebagaimana mereka melihat matahari dan bulan”. Hadits ini memperlihatkan betapa besar kekuasaan Allah dan betapa pentingnya tata surya dalam kehidupan fenomena alam semesta dan tata suryaFenomena alam semesta dan tata surya seringkali menyebabkan banyak orang merasa takjub, terpesona, atau bahkan ketakutan. Namun, sebagai umat muslim, kita seharusnya menyikapi fenomena-fenomena ini dengan cara yang benar dan sesuai dengan ajaran hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila terjadi suatu bencana di suatu tempat, maka biarkanlah orang-orang yang berada di tempat tersebut. Dan janganlah kalian mendatangi mereka dari tempat kalian. Namun apabila kalian mendapatkan suatu bencana di tempat yang sama, maka biarkanlah kalian tetap berada di tempat tersebut dan janganlah kalian meninggalkannya”. Hadits ini mengajarkan bahwa dalam menghadapi fenomena alam yang mengerikan seperti gempa bumi atau tsunami, kita harus tetap berada di tempat yang aman dan mengandalkan kekuasaan itu, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian mengumpulkan diri di bawah pohon ketika ada petir. Namun, hendaklah kalian mencari tempat yang aman dan berlindunglah di dalam rumah”. Hadits ini mengajarkan bahwa kita harus menghindari tempat yang berbahaya ketika terjadi fenomena alam yang alam semesta dan tata surya dalam perspektif IslamSebagai umat muslim, kita percaya bahwa alam semesta dan tata surya adalah ciptaan Allah yang indah dan penuh keajaiban. Ada beberapa bukti ilmiah yang menunjukkan kebenaran pandangan satu bukti ini adalah bahwa alam semesta memiliki batas yang jelas. Menurut teori relativitas, kecepatan cahaya adalah batas maksimum yang dapat dicapai oleh benda apapun di alam semesta. Ini berarti bahwa tidak ada benda yang dapat melebihi batas ini dan “melarikan diri” dari alam itu, tata surya memiliki beberapa planet yang sangat mirip dengan Bumi, seperti Mars dan Venus. Ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan besar untuk adanya kehidupan di luar angkasa. Namun, sebagai umat muslim, kita juga percaya bahwa hanya Allah yang mengetahui segala sesuatu dan hanya Dia yang dapat menentukan apakah ada kehidupan di luar angkasa atau hadits-hadits tentang alam semesta dan tata surya, kita bisa memahami betapa besar kebesaran Allah dan betapa indah ciptaan-Nya. Sebagai umat muslim, kita harus menyikapi fenomena-fenomena alam ini dengan cara yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam. Kita juga harus mengapresiasi keajaiban alam semesta dan tata surya dengan berpegang pada keyakinan Islam bahwa semuanya adalah ciptaan Allah yang indah dan penuh Qudsi, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan MuslimHadits tentang penciptaan langit dan bumi, diriwayatkan oleh Imam TirmidziHadits tentang bintang-bintang, diriwayatkan oleh Imam MuslimHadits tentang matahari dan bulan, diriwayatkan oleh Imam BukhariHadits tentang menghadapi bencana, diriwayatkan oleh Imam Abu DaudHadits tentang berlindung dari petir, diriwayatkan oleh Imam MuslimRelated video of Hadits tentang Alam Semesta dan Tata Surya Memahami Kebesaran Allah lewat Ciptaan-Nya
HadisSahih Proses Terbentuknya Alam Semesta Madzhab Saintifik Alam diciptakan Allah dalam enam masa (Q.S. Fushilat [41]:9-12): dua masa untuk menciptakan langit sejak berbentuk dukhan (campuran debu dan gas), dua masa untuk menciptakan bumi, dan dua masa (empat masa sejak penciptaan bumi) untuk memberkahi bumi dan menentukan makanan bagi penghuninya.
Ilustrasi penciptaan alam semesta. Foto DESY, Science Communication LabAllah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy. Kamu semua tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah kamu tidak memperhatikannya?“Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.”Ilustrasi Al-Quran. Foto PixabayIlustrasi alam semesta. Foto Pixabay1. Teori Nebula2. Teori PlanetesimalIlustrasi penciptaan alam semesta. Foto European Southern Obeservatory ESO via Wikimedia Commons3. Teori Bintang Kembar4. Teori Protoplanet Yangdemikian itu, sebagaimana dinyatakan dalam Hadits Qudsi yang mengembalikan gagasan Penciptaan kepada gagasan Pengetahuan, seperti dinyatakan "Aku adalah harta benda yang tersembunyi; Aku ingin diketahui (atau mengetahui) maka Aku menciptakan dunia". Dalam Al-Qur'an, proses penciptaan alam semesta di gambarkan laksana mekarnya Jakarta - Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus Allah SWT. Disebutkan dalam Al-Qur'an, diutusnya Nabi Muhammad SAW sesungguhnya bertujuan untuk membawa rahmat bagi alam tersebut sebagaimana telah termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 107, Allah SWT berfirmanوَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ Artinya "Kami tidak mengutus engkau Nabi Muhammad, kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam." QS Al-Anbiya 107.Lantas, mengapa Nabi Muhammad SAW membawa rahmat bagi alam semesta? Berikut Muhammad SAW Membawa Rahmat bagi Alam SemestaAlasan Nabi Muhammad SAW membawa rahmat bagi alam semesta diterangkan dalam jurnal Tafsir Ayat Rahmatan Lil 'Alamin menurut Penafsir Ahlu Sunnah, Muktazilah, Syiah, dan Abu al-Qasim dalam tafsir Al-Kasyaf, Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rahmat bagi alam semesta karena beliau datang dengan membahagiakan bagi siapapun yang mengikutinya. Orang-orang yang beriman akan menerima rahmat tersebut seraya bagi siapapun yang tidak mengikutinya, maka hal itu datang dari nafsu dirinya yang menyempitkannya dari rahmat Allah dari Tafsir Tahlili Qur'an Kemenag, rahmat bagi seluruh alam yang disebut dalam surat Al-Anbiya ayat 107 meliputi perlindungan, kedamaian, dan kasih sayang Allah SWT terhadap makhluk-Nya, baik yang beriman maupun tidak Rasulullah SAW juga tidak hanya untuk umat Islam, tetapi juga bagi seluruh manusia, binatang, tumbuhan, serta makhluk ciptaan lain yang ada di alam buku Tanya Jawab Islam, Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menerangkan surat Al-Anbiya ayat 107, bahwa Allah SWT telah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi semesta yang menerima rahmat tersebut, niscaya ia akan berbahagia di dunia dan di akhirat. Sedangkan siapapun yang menolak dan menentangnya, niscaya dia akan merugi di dunia maupun di Muslim dalam kitab shahihnya meriwayatkan bahwa Abu Hurairah RA pernah berkata, "Ya Rasulullah! Sumpahilang orang-orang musyrik itu." Lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai orang yang melaknat, aku diutus hanyalah sebagai rahmat." HR Muslim, No. 2559.Menambahkan dari buku Jalan Damai Rasulullah karya Fuad Abdurahman, Ibnu Abbas menegaskan bahwa rahmat atas kehadiran Nabi Muhammad SAW sebagaimana diterangkan dalam surat Al-Anbiya ayat 107 berlaku bagi siapapun, baik orang yang beriman ataupun tidak siapapun yang beriman, Nabi Muhammad SAW merupakan rahmat bagi mereka di dunia dan di akhirat. Sementara bagi siapapun yang tidak beriman, beliau tetap menjadi rahmat bagi mereka di dunia, bahwa Allah SWT akan mengakhirkan azab untuk sebab itu, sering kali dapat dilihat orang-orang yang kufur atau mengingkari utusan Allah SWT, mereka tetap bertahan hidup di dunia. Sebab hukuman bagi mereka kelak akan diakhirkan sampai mati dan ketika datang hari Hajar al-Haitami menegaskan dalam hal ini, "Pengutusan Rasulullah SAW merupakan rahmat, hingga bagi para musuh beliau, dengan ditundanya hukuman untuk mereka."Rahmat bagi alam semesta juga telah menjadi karakter Rasulullah SAW. Apabila Nabi SAW tidak memiliki karakter seperti itu, maka yang muncul tentu bukanlah nikmat atau rahmat, melainkan SWT turut menyampaikan dalam firmannya tentang karakter Nabi SAW iniفَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖArtinya "Maka, berkat rahmat Allah engkau Nabi Muhammad berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu..." QS Ali Imran 159.Dengan demikian, Nabi Muhammad SAW membawa rahmat bagi alam semesta sebab kehadirannya mendatangkan kebahagiaan terutama bagi siapapun yang mensyukurinya. Sementara bagi orang yang tidak beriman, kehadiran beliau tetap membawa rahmat dengan ditundanya hukuman untuk mereka hingga kelak di hari Video "Jual Parsel Buah-buahan, Pedagang Lumajang Raih Untung 10 Kali Lipat" [GambasVideo 20detik] lus/lus QashidatulBurdah karya Muhammad Sa'id Al-Bushiri menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai semacam sebab penciptaan alam semesta. Oleh karena itu, Al-Bushiri menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak mungkin berambisi mengejar duniawi. Dalam larik Qashidatul Burdah berikut ini, Imam Al-Bushiri menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW yang menjadi sebab WUJUD adalah salah satu dari 20 sifat Allah SWT. Wujud artinya ada. Ini dapat diketahui dari adanya ciptaan-Nya, yakni alam semesta dan seluruh isinya, termasuk manusia. Berikut diantara dalil aqli atau argumen logis tentang adanya Allah sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta ini 1. Tanda keberadaan Allah di antaranya adalah tidak ada satu makhluk pun yang ada dengan sendirinya. Setiap makhluk keberadaanya tidak ada sebelumnya. Maka keberadaan makhluk, berarti adanya penciptaan hingga mengatur 2. Adanya Allah dibuktikan dengam adanya hukum yang mengatur segala sesuatu sehingga teratur lah kehidupan makhluk dan geraknya. BACA JUGA Miliki 7 Sifat Ini, Allah Cintai Anda 3. Dibuktikan dengan pacaindra. Indra pengelihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman itu sejatinya tidak ada bila tidak terkait dengan sesuatu yang benar-benar wujudnya. Dan penciuman, rasa, suara, pemandangan tidak ada tanpa penciptaan indra 4. Segala makhluk mempunyai fungsi peranannya masing-masing dalam kestabilan alam. Semisal serangga, burung, binatang, ikan masing-masing nemiliki fungsimya. Lenyapnya jenis makhluk tertentu maka akan berpengaruh pada kestabilan dunia 5. Di alam semesta ini ada banyak hal yang begitu kompleks yang sulit dipahami manusia. Untuk memahaminya manusia bahkan membutuhkan usaha keras. Misalnya saja atom air, struktur dan fungsi sel, kecerdasan bakteri dan virus, perkembangan embrio, pemenuhan kebutuhan akan makanan melalui pusar, dan melalui payudara setelah manusia hidup. Keajaiban otak, struktur kerangka, mata, sistem pernapasan, sistem saraf, sistem limfatik, peredaran darah, sistem otot, sistem hormonal, reproduksi, kemampuan bicara. Kecerdasan dan bentuk hewan, seperti burung, bentuk dan warnanya yang berbeda, fungsinya yang berbeda, juga halnya dengan jaring laba-laba, kerajaan semut, sarang lebah dan sebagainya. 6. Ada banyak tanda-tanda tentang Allah SWT, termasuk memelihara kehidupan, Allah menyediakan makanan dan minyak, mata pencaharian, yang mengatur urusan manusia hewan di darat dan di laut dan sebagainya. Kemudian tanda-tanda bagaimana terjaganha atmosfer dari badai marahari, dari emteorit, bencana, bagamana memperbaiki kerak bumi dan lainya. 7. Bukti lain keberadaan Allah adalah ditemukannya sesuatu yang baru di alam dunia. Seperti spesies hewan yang tak terhitung jumlahnya pada setiap masa, tumbuhan, buah-buahan, benda mati dan air. BACA JUGA Kasih Sayang Allah pada HambaNya Melebihi Kasih Sayang Ibu pada Anaknya 8. Hujan juga menjadi tanda keberadaan Allah. Allah menurunkan hujan yang dengan itu bumi menjadi hidup. Angin menggiring awan yang membawa hujan sehingga setiap sisi bumi bisa mendapstkan manfaat dari air hujan sehingga berlangsunlah kehidupan. 9. Begitupun dalam pergantian malam dan siang serta pergantian musim. Singa untuk beraktivitas dan malam untuk istirahat. Siang dan musim panas untuk memperoleh kehangatan agar makhluk tidak membeku, sedang malam dan musim dingin agar manusia tidak terbakar kepanasan. Musim gugur menyuburkan tanaman, musim hujan membuat tanah, padang rumput, buah buahan subur untuk semua makhluk. 10. Tanda adanya Allah laintnya adalah keindahan ciptaan-Nya dan keseimbangan komposisinya. Seperti organ tubuh kepala pada badan, daging, tulang kulit. Bayi yang baru lahir tengkoraknya lunak namun menjadi kokoh ketika sudah bertambah usia. Posisi mata dan telinga, hidung, gigi, lidah dan lainnaya. [] SUMBER ISLAMWEB
CiptaanAllah di semesta alam ini memang tiada yang sia-sia. Semuanya diciptakan berdasarkan desain dan akurasi yang sempurna. Di dalam surat Yunus ayat 5 dan 6 Allah melukiskan betapa matahari dan rembulan diciptakan demikian sempurnanya dengan manzilah- manzilah agar manusia mengetahui perjalanan musim dan tahun.
Sebenarnya kesempurnaan alam semesta ini sudah dipelajari para ilmuwan ruang angkasa sejak zaman Yunani dan Romawi, zaman kejayaan Kerajaan Islam Dinasti Ummayah di Damaskus dan Toledo Spanyol serta Dinasti Abbasiyah di Baghdad abad 8-15 masehi. Kemudian kajian tentang kesempurnaan alam ruang angkasa ini dilanjutkan para ilmuwan Barat seperti Immanuel Kant dari Jerman 1755, Piere de Laplace dari Prancis 1796, Newton, Chamberlain dan Moulton, Jeans dan Jeffries, Suess dan Wiechert, Albert Einstein, dan sebagainya. Jika dibandingkan dengan umur bumi yang diperkirakan mencapai 4,5 miliar tahun, alam semesta jauh lebih tua dan diperkirakan mencapai usia 15 miliar tahun. Sementara keberadan manusia di bumi baru mencapai hitungan jutaan tahun seperti manusia purba di Sangiran dan Flores. Jadi keberadan manusia di bumi belum seberapa jika dibandingkan dengan umur bumi yang sudah begitu tua. Sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW, Alquran telah menerangkan awal kejadian alam semesta, di mana dahulunya berupa gas dan seluruh benda langit di alam semesta dahulunya adalah satu. ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab "Kami datang dengan suka hati".” QS Fusshilat 11. أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” QS Al Anbiya 30. Alquran juga menerangkan kalau langit dan bumi diciptakan dalam enam periode. وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ "Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari," QS Hud 7. Keterangan Alquran tersebut ternyata dibenarkan para ahli astronomi sekarang, padahal ayat itu diturunkan 15 abad lalu kepada Nabi Muhammad SAW. Memang Allah menciptakan alam semesta ini tidak dengan main-main tetapi sungguh-sungguh وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ “Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.” QS Al-Anbiya 16. Maka seluruh benda di alam semesta ini berotasi dan berevolusi secara teratur, tidak berubah dan selalu berlawanan dengan perputaran gerakan jarum jam sesuai Sunatullah. Sebagai makhluk ciptaan Allah, mereka semuanya tunduk dan patuh atas kehendak dan perintah-Nya. sumber Harian RepublikaBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
.
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/103
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/318
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/633
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/256
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/817
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/324
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/952
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/827
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/20
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/281
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/589
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/54
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/174
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/724
  • 1ia5bvw3yf.pages.dev/911
  • hadits qudsi penciptaan alam semesta